• MTSN 1 SABANG
  • MTsN Hebat, Bermatabat, Investasi Dunia Akhirat

Apel

Apel

                Siang ini terasa terik sekali matahari membakar wajah ku yang sudah semakin legam terbakar dan terbalut debu, mahalnya harga skincare membuatku bermuka tebal berhadapan dengan siswa siswi ku yang terlihat bersih dan mulus terawat, “ ah, biarkan saja, yang penting aku sehat”, bathin ku. Aku terus mengayunkan langkah menyusuri koridor menuju ruang kelas tempat ku mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam di siang yang cerah ini, sambil terus berfikir dimana aku bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar kontrakan yang sudah jatuh tempo sejak lima hari yang lalu. “ Assalamualaikum Bu”, sapa salah seorang siswa membuyarkan lamunan ku, “ Waalaikumussalam”, jawab ku, lanjut melamun lagi, hingga sampai kedepan kelas ku. Lalu akupun memulai aktifitasku sebagai guru.

 Aku seorang guru bakti disebuah Sekolah Menengah Pertama yang memiliki jumlah siswa lumayan ramai namun bayaran honor ku hanya cukup untuk sepuluh hari bersama putriku yang baru berumur  delapan  tahun,  saat ini putriku sedang berada dikelas dua bangku sekolah dasar. Aku seorang Single parent sejak bercerai dengan suami ku lima tahun yang lalu, dia lebih memilih wanita lain hingga meninggalkan kami.

Sejak tiga tahun yang lalu, aku ikut adik ku merantau ke Kota Kecil diujung Pulau Sumatra ini, adik ku bertugas sebagai anggota TNI Angkatan Laut dan tinggal diasrama bersama dengan istri dan dua orang putrinya. Mengingat sempitnya rumah dinas yang ditempati adik ku, akhirnya aku memutuskan untuk mengotrak sebuah kamar bersama putriku. Aku bekerja serabutan, kadang malam mengajar les privat, juga mengajar mengaji, hasilnya lumayan buat membayar kontrakan dan menyambung hidup dari bulan ke bulan.

Hari ini aku mengajar enam jam pelajaran , Alhamdulillah, akhirnya aku bisa pulang dengan tenang, menjemput putri ku, lalu sore hari aku  lanjut ke masjid untuk mengajar mengaji. sepulang dari masjid, menjelang shalat magrib, aku melihat putriku begitu pucat, saat kuraba keningnya terasa sangat panas, dia demam tinggi.

Hari semakin gelap, aku terus mengkompres putriku dengan air Es, hanya itu yang tersedia dikontrakan ku, aku terus berdoa, semoga demamnya segera turun. Tiba – tiba , “ Ma , Rizka mau makan apel”, rintihnya, Ya Allah, uang didompet ku hanya tersisa beberapa lembar uang ribuan, makan malam hanya dengan nasi putih dan telur ceplok  satu untuk berdua, dimana uang untuk beli obat, “ Ya Allah”, aku terus tersenyum menyabarkan putriku, “Rizka sembuh dulu ya nak, nanti mama belikan, ni sudah malam, mama nggak berani ke pasar” , dalih ku, putriku mengangguk lemah sambil meminum obat turun panasnya setelah makan nasi putih beberapa suap.

Jam menunjukkan pukul tiga malam, demam putriku semakin menjadi, aku semakin panic, dengan sangat terpaksa, ku ketuk pintu rumah tetangga ku untuk meminta tolong mengantarkan anakku kerumah sakit, sesampainya disana, Rizka diimpus, butuh observasi lanjutan dan darahnya diambil untuk diperiksa. Sejenak ia pun tertidur, mungkin karena sudah ada cairan yang masuk ketubuhnya, demamnyapun perlahan turun. Aku berterimakasih pada tetangga ku , setelah tetanggaku pulang aku duduk dikursi disamping ranjang anakku, sambil kupeluk dia, akupun tak sanggup menahan air mata yang terus mengalir dipipiku “ Ya Allah” desah ku. Malam itu tanpa sadar aku tertidur sambil duduk memeluk lengan putriku.

Pukul lima subuh aku dibangunkan oleh suara azan subuh, aku mengambil wudhuk dan shalat disisi ranjang anak ku, selesai shalat, kutumpahkan perih hatiku disajadah, aku menangis sesenggukan, untung hanya ada aku dan putriku diruangan itu, dokter jaga berada diruang yang terpisah. Hingga matahari mulai terbit, aku masih diatas sajadah, menengadahkan tangan sambil terus memuja muja Allah, aku tak tau harus minta apa kepada Allah, permintaanku terlalu banyak, aku minta anakku sembuh, aku minta buah apel karena anakku sangat menginginkannya dan aku telah berjanji padanya hari ini aku akan membeli apel untuknya, apel adalah buah mahal untuk ukuran isi dompet ku, aku minta uang yang banyak untuk membayar uang kontrakan dan biaya rumah sakit tempat anakku dirawat, Ya Allah, aku malu pada MU, hamba hina yang memiliki terlalu banyak permintaan.

Jam sebelas, dokter yang merawat putriku masuk, dia mengatakan “ Ibu, anak ibu  terkena DBD dan perlu dirawat intensif dirumah sakit, ini resep obat yang harus diambil… blab la …..”, kaki ku terasa gemetar, mata ku berkunang kunang, aku terus menyebut nama  Allah, ya Allah….

Jam tiga sore  hp ku berdering adikku yang sedang berada diluar kota menelpon,” teteh tolong kirim no rekening ke WA saya”  katanya , dia mengetahui keadaan putriku dari tetanggku, aku sendiri lupa mengabarinya. Tak lama kemudian notifikasi banking berbunyi, “ Terimakasih adikku” Bathin ku, ditengah kondisi kekurangan yang dialaminya dia masih berusaha menolong ku, maklum adikku ini hanya seorang prajurit dengan pangkat rendah. Segera aku bergegas menuju ke ATM untuk menarik sejumlah uang dan menebus obat  anak ku. Alhamdulillah, setelah dinfus dengan cairan dan obat obatan yang ku beli diapotik, perlahan matanya terbuka, lalu “ ma, sudah dibeli apelnya?”, tanya nya lirih, “ Sudah sayang, ni sedang mama kupas,” jawabku, sambil mengupas apel satu satunya yang kubeli setelah aku menebus obat diapotik.

Jam lima sore, setelah shalat ashar, teman - temanku mulai berdatangan, ada yang membawa amplop yang berisi uang dan ada yang membawa oleh oleh buah buahan. hingga malam hari, para orang tua siswa dan santriku juga datang menjenguk putriku, berlajut terus menerus datang tamu silih berganti hingga hari ketujuh dirumah sakit, putriku dinyatakan sembuh,  dan boleh pulang , aku sangat bersyukur.

Selama berada dirumah sakit aku tidak bekerja, aku tak punya penghasilan sama sekali, biaya perawatan putriku hanya mengandalkan amplop sumbangan teman dan sahabat yang datang berkunjung. Dengan langkah pasti dan senyum bahagia aku menuju keruang administrasi “ biaya perawatan sudah dilunasi bu”, kata petugas, “ siapa yang melunasi?”. Tanya Ku, “ saya kurang tau juga bu, karena beliau tidak memberi tau identitasnya”, jawab petugas, aku terduduk di kursi teras depan rumah sakit, merenung, tertunduk, bersyukur betapa aku merasakan betapa Allah menyayangiku, merawat ku, memelihara aku dan anak ku.

Setelah berkemas, kami kembali ke kontrakan dengan becak sewaan, bawaan kami sangat banyak, dan yang paling banyak adalah “ APEL”, putri ku terus tersenyum, betapa dia bahagia karena ada banyak apel yang tersedia dirumah,” aku boleh makan apel setiap hari kan ma?”, “ Iya anak ku, makanlah”, jawabku, “ boleh buat bekal sekolah ya ma?”, Tanya nya lagi, “ Iya sayang”, jawabku penuh haru.

Ya Allah, betapa Engkau menyayangi  hamba yang hina ini, hikmah dari sakitnya putriku adalah, akau bisa membayar kontrakan, aku mempunyai sedikit tabungan dan ada banyak apel dirumahku.

Sabang, 17 Mei 2019

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MEMBACA SENYAP MTsN SABANG

Membaca senyap MTsN Sabang edisi Selasa, 8 November 2022. Membaca senyap merupakan salah satu program Literasi MTsN Sabang dari sekian banyak program literasi lainnya. Membaca Senyap d

08/11/2022 08:59 - Oleh administrator - Dilihat 710 kali
Rerubangga MTsN 1 Sabang Menuju Siswa Berprestasi Dan Berkarya Oleh Sri Nilawati, S.Ag

Rerubangga MTsN 1 Sabang Menuju Siswa Berprestasi Dan Berkarya   Oleh Sri Nilawati, S.Ag               Tangga mer

26/10/2022 10:50 - Oleh administrator - Dilihat 289 kali
Duka

Duka hadirnya tak terduga sering tak didamba menghadapi Duka dengan sabar adalah Pahala bagi mereka yang percaya   Kadang duka menghampiri saat hari begitu indah hingga air

08/09/2022 18:19 - Oleh administrator - Dilihat 308 kali
Ayah

Ayah Aku tak pernah ingat hangat belaian tangan kekar mu namun aku percara Engkau selalu membelaiku Karena aku dapat merasakannya Hari ini usia ku bertambah “bukan bertamba

08/09/2022 18:18 - Oleh administrator - Dilihat 306 kali
Yang Terabaikan

Yang Terabaikan Mengapa engkau melakukan apakah hanya karena mengejar penghargaan segera hentikan jika itu yang menjadi alasan   Seberapa penting alasan itu jangan pernah en

08/09/2022 18:16 - Oleh administrator - Dilihat 292 kali
Tulang Rusuk

Tulang Rusuk wahai engkau sang tulang rusuk berakhir sudah kini di hari Sabtu 29 Agustus 2020 Engkau tak pantas lagi menjadi tulang rusuk Menangis darah pun engkau Mulai hari ini

08/09/2022 18:14 - Oleh administrator - Dilihat 335 kali
Sujud

Sujud ada rasa nyaman yang menyelimuti saat kening menyentuh bumi memuja Mu Ya Ilahi Rabbi   ada hampa yang menghampiri jika terlambat aku mengadu melepas resah yang meliput

08/09/2022 18:12 - Oleh administrator - Dilihat 259 kali
Sahabat

Sahabat kalian selalu ada bersama ku tersenyum dan menangis bersama kadang marah kadang canda sering kita galau bersama Sahabat Seakan tak berbatas rasa Saat kita saling berbagi

08/09/2022 18:11 - Oleh administrator - Dilihat 226 kali
Kaca Spion

Kaca Spion Engkau pernah melihat kaca spion ya.. itu pasti tahukah engkau gunanya untuk melihat kebelakang   tapi,.. engkau harus tau walau letaknya dikemudi depan jangan

08/09/2022 18:10 - Oleh administrator - Dilihat 247 kali